Menurut Kak Ali, ada dua hal yang penting dalam kemampuan problem solving, yaitu kecerdasan emosional dan kreativitas. Kecerdasan emosional menjadi paling penting karena biasanya masalah ini akan menimbulkan tekanan pada pikiran dan menimbulkan tekanan batin yang mengakibatkan stres pada pihak-pihak yang sedang mengalami masalah. Tanpa pikiran dan hati yang jernih, masalah yang dihadapi akan sulit untuk diselesaikan atau bahkan jadi salah. Kita bisa saja mengambil solusi yang salah karena terburu-buru atau karena pikiran sedang kacau.
Ketika mengalami masalah dalam skala kecil atau besar, hal penting untuk menyelesaikannya adalah kecerdasan emosional. Hal ini berkaitan dengan cara kita mengatur stres yang kita miliki. Emosi yang ada di dalam benak dikesampingkan dulu agar dapat melihat masalah ini sejernih mungkin. Kita akan mulai mengidentifikasi masalah dari mulai penyebabnya sampai solusi dan jangka waktu yang harus dikerjakan hingga selesai. Untuk itu, diperlukan sebuah rangkaian pengalaman yang bisa jadi terakumulasi sejak masa-masa bergaul di sekolah dulu. Sebagaimana kecerdasan emosional, skill kita harus terus diasah. Yang paling penting, tenangkan diri dulu dan jangan stres. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk menghilangkan stres, misalnya pergi ke tempat-tempat yang membuat relaks. Sebagian orang biasanya pergi ke alam bebas, kafe kopi, bioskop, dan sebagainya. Semua itu adalah cara yang penting untuk menormalkan dan menetralkan kembali kondisi kita yang sedang tidak stabil.
Yang kedua adalah kreativitas. Pada banyak kasus, solusi atas masalah-masalah yang terjadi sudah pernah dikerjakan oleh para pendahulu kita. Kita bisa memecahkan masalah berdasarkan pengalaman semacam itu. Misalnya, ketika terjadi kebocoran keuangan di perusahaan, kita bisa menggunakan pola audit. Atau, ketika ada masalah di operasional, kita tinggal melihat pada SOP yang sudah diberikan atau yang sudah disusun bersama-sama sebagaimana kita juga bisa melihat contoh dari para pendahulu perusahaan yang sudah besar.
Namun, sering kali, kasusnya berbeda sama sekali dan tidak ada di buku atau di dokumentasi mana pun. Setiap masalah semacam ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, artinya kita menghadapi orang dengan karakter yang berbeda-beda pula. Situasi seperti itu tidak bisa disamaratakan dengan pola penyelesaian yang ada sehingga kreativitas harus muncul untuk menyelesaikannya.
Sebagai contoh, dalam kuliner, kita menghadapi kecenderungan penjualan yang menurun pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, Bandung, dan kota-kota besar lainnya. Situasi ini membutuhkan kecerdasan emosional dan sekaligus kreativitas. Tantangannya adalah bagaimana produk yang kita miliki ini tetap bisa sampai ke konsumen dan kita tetap bisa mendapatkan income, tetapi dengan cara yang berbeda. Kita bisa menganalisis bahwa orang akan tetap makan pada saat PSBB. Namun, kendalanya mereka tidak bisa datang ke restoran atau daya belinya kurang karena terjadi penurunan income. Nah, situasi ini perlu dipikirkan agar produk kita bisa menjangkau daya beli mereka. Contoh lainnya, di bidang olahraga seperti halnya bisnis start up Kak Ali. Pada masa PSBB, orang tidak bisa berolahraga , tetapi kita bisa siasati dengan cara lain, yaitu olahraga online.
Dalam wujud itulah kreativitas-kreativitas yang dimaksud. Tujuannya tetap sama, yaitu mendapatkan income, tetapi caranya berbeda.